Contoh Akulturasi Budaya Hindu Buddha di Berbagai Bidang
Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu Buddha � Apa pengertian akulturasi kebudayaan ? Akulturasi kebudayaan adalah proses percampuran unsur kebudayaan satu dengan kebudayaan lain yang kemudian menghasilkan kebudayaan baru namun tidak menghilangkan ciri khas dari kebudayaan tersebut.
Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu Budha |
Kita ilustrasikan akulturasi seperti ini :
Adonan tepung, air dan telur akan dicampur lalu di aduk hingga kalist. Beberapa menit kemudian, terciptalah sebuah adonan kue.
Dalam contoh di atas, kita ibaratkan bahan baku sebagai kebudayaan. Lalu menit diibaratkan sebagai proses dan adonan kue sebagai hasil akulturasi.
Untuk menghasilkan sebuah akulturasi kebudayaan yang baik, maka sebuah kebudayaan harus seimbang dengan kebudayaan lainnya. Hal itu juga terjadi antara kebudayaan Hindhu-Budha dari India dan kebudayaan asal Indonesia.
Kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia sejatinya tidak diterima begitu saja, hal ini dikarenakan :
- Kecakapan istimewa
Bangsa Indonesia mempunyai local genius, yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur kebudayaan asing lalu mengolahnya sesuai keperibadian bangsa Indonesia.
- Dasar kebudayaan yang tinggi
Masyarakat Indonesia kala itu sudah memiliki dasar kebudayaan yang cukup tinggi, sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah ragam kebudayaan Indonesia.
Untuk lebih meningkatkan pemahaman kita tentang akulturasi, berikut kami sajikan hasil akulturasi antara kebudayaan Hidhu-Buddha dengan kebudayaan Indonesia asli :
1. Kalender
Sistem penanggalan/kalender India adalah salah satu bentuk akulturasi kebudayaan. Wujud akulturasi tersebut dapat kita temui pada sistem penanggalan Saka di Indonesia.
Selain itu, untuk memperingati peristiwa dengan kalender/tahun saka, maka dibuatlah Candra Sangkala (konogram). Candra Sangkala merupakan angka huruf berupa susunan kalimat atau gambar kata.
Contoh tahun Candra Sangkala yaitu �Sirna Ilang Kertaning Bumi� sama dengan 1400 tahun saka dan setara dengan 1478 Masehi.
2. Sistem Kepercayaan
Sistem kepercayaan Indonesia saat ini tak luput dari pengaruh sistem kepercayaan di masa lampau. Terbukti, sejak masa pra aksara, orang-orang Indonesia sudah mengenali adanya simbol-simbol atau gambar yang memiliki makna tersendiri.
Sebagai salah satu contohnya, ketika ada orang meninggal maka di dalam kuburnya disertai benda-benda dan diantara itu terdapat lukisan orang yang sedang naik perahu. Perlakuan kepada orang tersebut tentu memiliki makna, bukan hanya sekadar asal-asalan. Lukisan orang yang sedang naik perahu bermakna bahwa tiap orang yang telah meninggal rohnya akan melanjutkan ke tempat yang membahagiakan di alam lain (akhirat/alam baka).
Orang-orang di masa itu sudah percaya bahwa ada kehidupan setelah kematian yakni sebagai roh halus. Karena mempercayai roh halus, maka roh nenek moyang dipuja-puja oleh orang yang masih hidup. Kepercayaan memuja roh leluhur nenek moyang inilah yang disebut kepercayaan Animisme.
Masuknya pengaruh kepercayaan India terhadap roh halus di Indonesia
Pengaruh kepercayaan masyarakat India terhadap roh halus sampai saat ini belum punah. Buktinya, kita dapat mempelajari dan menengok fungsi dari candi. Fungsi candi atau kuil di India sebagai tempat pemujaan, sedangkan di Indonesia candi juga memiliki fungsi sebagai makam raja atau penyimpanan abu jenazah raja yang telah meninggal.
Karena hal tersebut, banyak tempat penyimpanan abu jenazah raja yang didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa yang dipujanya. Perpaduan fungsi candi di India dengan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang inilah yang disebut akulturasi kebudayaan. Di mana terdapat perpaduan antara 2 kebudayaan berbeda namun fungsi aslinya tidak dihilangkan sehingga terbentuk kebudayaan baru.
Itulah yang disebut akulturasi kebudayaan.
3. Sistem Pemerintahan
Setelah bangsa India datang ke Indonesia, banyak perpaduan kebudayaan yang terjadi. Misalnya saja di bidang pemerintahan. Pemerintahan sederhana tersebut adalah sebuah pemerintah di suatu desa atau daerah tertentu.
Warga/rakyat yang mendiami kawasan tersebut mengangkat pemimpin atau kepala suku untuk memimpin mereka. Pemilihan kepala suku sebagai pemimpin umumnya didasari beberapa faktor, misalnya orang yang sudah tua (sepuh/senior), dapat membimbing, punya kelebihan tertentu di bidang ekonomi, berwibawa, memiliki kesaktian, arif, dan bijaksana.
Setelah bangsa India masuk, bangsa Indonesia ikut terpengaruh kebudayaan India. Terbukti para pemimpin tadi diubah menjadi raja dan wilayahnya disebut kerajaan. Kerajaan Hindhu pertama di Indonesia yaitu Kutai tentu berhubungan erat dengan kebudayaan India.
Hasil akulturasi lainnya di bidang pemerintahan, misalnya seorang raja harus bijaksana dan berwibawa serta memiliki kekuatan gaib (kesaktian) seperti pada pemimpin masa sebelum Hindhu-Buddha. Karena memiliki ilmu gaib, raja tersebut lebih dipandang dekat dengan Dewa dan kemudian Raja tersebut di sembah lalu ketika meninggal, rohnya dipuja-puja.
4. Desakan budaya
Desakan suatu kebudayaan terhadap kebudayaan lain disebut dominasi. Dominasi ini dapat dikatakan sebagai ragam suku bangsa, misalnya masyarakat Aborigin , Betawi, Irian, dan Dayak.
5. Seni Bangunan
Bentuk akulturasi dalam seni bangunan sudah jelas dapat kita lihat pada bangunan candi. Bentuk bangunan candi di Indonesia merupakan perpaduan antara unsur-unsur kebudayaan Indonesia asli dengan kebudayaan Hindu-Buddha.
Bangunan candi tampak megah, bagian-bagian candi dan stupa, patung perwujudan dewa atau Buddha merupakan unsur kebudayaan dari India.
Sedangkan untuk unsur Indonesia asli, bentuk candi di Indonesia umumnya adalah punden berundak. Hasil akulturasi kebudayaan tersebut dapat kita lihat pada bangunan Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
6. Seni Rupa, ukir dan lukis
Perkembangan dalam bidang seni rupa, seni pahat, seni ukir tak luput juga dari pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha dari india. Hal ini dapat kita lihat pada relief atau seni ukir pada dinding candi-candi di Indonesia.
Contoh relief pada dinding candi misalnya di Candi Borobudur. Relief yang dipahatkan mengisahkan riwayat Sang Buddha (unsur budaya Hindhu-Buddha). Kemudian di sekitar Sang Buddha terdapat lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati.
Pada relief kala makarapada candi dibuat sangat menarik dan indah. Hiasan relief pada dasarnya bermotif bintang dan tumbuh-tumbuhan. Lalu binatang-binatang juga dipandang suci, maka sering diabadikan dengan cara melukisnya. Hal semacam ini sudah dikenal sejak masa sebelum Hindu-Buddha.
7. Seni Sastra dan Aksara
Kebudayaan Hindu dari India terhadap kebudayaan Indonesia memang sangat beragam. Perkembangan seni sastra di Indonesia juga dipengaruhi oleh kebudayaan India. Seni sastra waktu itu masih berbentuk prosa dan berbentuk tembang/puisi.
Kesusastraan dikelompokkan jadi tiga, yaitu :
- Tutur(pitutur kitab keagamaan)
- Kitab hukum
- Wiracarita (kepahlawanan)
Wacarita sangatlah banyak ditemui, dan yang sangat terkenal di Indonesia adalah kitab Mahabarata dan Ramayana. Karena p dilihat dari hasil gubahan engaruh India masuk Indonesia, maka orang Indonesia memadukan kesastraan dalam kultur budaya berbeda. Pengaruh tersebut dapat dari pujangga Indonesia.
Contoh dari gubahan kesusastraan itu adalah Baratayudha yang dugubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Juga munculnya cerita-cerita Carangan.
Ada juga beragam prasasti yang menandakan pengaruh kuat dari Hindu-Buddha di Indonesia, seperti prasasti di Kalimantan Timur, Sriwijaya, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Bahasa yang digunakan pun menggunakan huruf Pallawa dan Sansekerta.
8. Arsitektur
Arsitektur bentuk bangunan keagamaan berupa candi sangat dikenal saat masa Hindu Buddha. Terbukti banyak candi megah yang dibangun dengan sangat menarik dan indah. Contoh bangunannya adalah Candi Sewu, Candi Tikus, Candi Gedungsongo, Candi Plaosan, Candi Jatulanda, dan masih banyak lainnya.
9. Seni Pertunjukan
Beragam karya tersebut akhirnya terus berkembang dan mengalami kemajuan terutama yang bersumber dari kisah Ramayana dan Mahabarata. Perkembangan ini lalu memicu perkembangan seni pertunjukkan wayang kulit. Seni pertunjukkan wayang kulit memang sudah melekat erat dengan budaya Indonesia bahkan sudah mendarah daging, khususnya di daerah Jawa Tengah.
Pertunjukkan wayang kulit menceritakan beragam kisah yang tentu mengandung nilai-nilai pendidikan untuk kita tiru dan amalkan.
Apa akulturasi yang jelas dari seni pertunjukkan wayang kulit ?
Dalam seni pewayangan, kita mengenal banyak kisah (babad). Nah cerita dalam pertunjukkan wayang itu sendiri memang berasal dari India (misal cerita Mahabarata dan Ramayana), namun wayangnya asli dari Indonesia.
Kesimpulan....
Kita sudah mempelajari tentang Akulturasi kebudayaan Nusantara dan Hindu-Buddha. Tentunya dengan kita mengenal sejarah, maka kita juga dapat menerawang masa depan untuk lebih baik lagi.
Salam pemuda Indonesia !
0 Response to "Contoh Akulturasi Budaya Hindu Buddha di Berbagai Bidang"
Post a Comment