Banyak Belajar Banyak Lupa, Fakta atau Mitos ?

Belajar merupakan suatu proses di mana seseorang mencari hal baru dari tidak tahu menjadi tahu. Banyak diantara kita yang tidak mengetahui arti penting belajar itu sendiri.

Terkadang kita salah mengartikannya, bahkan mungkin kita cenderung menyepelekan.


Ada juga orang-orang yang beranggapan bahwa �Banyak belajar, banyak lupa�. Jadi, lebih baik sedikit belajar daripada banyak belajar.

Pernyataan ini memang masih sering dipergunakan oleh orang-orang yang malas belajar. Namun, benarkah pernyataan tersebut ?

Bagaimana dengan sobat ?

Percaya atau tidak ?

Daripada kita berdebat terus, mari kita bahas pernyataan ini secara baik-baik.

[STUDI KASUS]

Selama saya menjadi pelajar, saya sudah sangat sering menjumpai anak yang bersungguh-sungguh dalam belajar. Tidak menutup kemungkinan mereka-mereka adalah siswa yang berprestasi di kelasnya. 

Entah dengan teknik apa mereka belajar rutin seperti itu, tidak merasa beban. Beda sama saya yang biasa-biasa saja. Jujur saja, kalau saya belajar seperti itu, kepala saya malah suka pusing.

Jadinya, saya sangat sering menggunakan belajar SKS (Sistem Kebut Semalam). Memang itu hal yang kurang baik untuk dilakukan, tapi mau bagaimana lagi, saya benar-benar suka pusing. Ya, bisa dibilang saya biasa-biasa saja. Tidak banyak, bahkan mungkin kurang.

Dari pengalaman saya belajar, baik itu di rumah maupun di kelas, saya menyadari bahwa materi yang dulu-dulu sudah tidak ingat sama sekali.

Bukan seperti 2+2=4, itu sih masih ingat.

Saya bicara mengenai materi yang memiliki kecenderungan susah diingat dan meggunakan rumus hafalan. Materi Al-jabar, gelombang, fungsi, kalor, dan materi serupa lainnya, perlu saya baca dan pahami kembali sehingga materinya sampai di otak.

Selain itu juga, kalau saya belajar dengan sungguh-sungguh dalam satu hari dengan kuantitas materi yang lumayan, maka secara otomatis otak saya melupakan materi-materi yang sudah dipelajari beberapa hari yang lalu.

Sampai di sini, saya dapat menyimpulkan bahwa materi yang jarang kita pergunakan, atau kita hanya menghafalnya, maka materi itu akan cepat kita lupakan. Otak kita juga merespon hal baru dengan hal lama mejadi suatu hal yang seimbang namun saling mengaburkan.

Tidak percaya ?

Yakin ?

Hal ini setidaknya telah diteliti oleh para ahli dalam buku teknik mengasah otak. Dijelaskan pula hal yang membuat kita sering lupa, misalnya terhadap materi pelajaran. 

(Referensi, dikutip dari Twarsito.com) Ternyata otak kita memiliki 2 kecenderungan sifat, yaitu inhibisi retroaktif (interherens) dan inhibisi proaktif.

Apa itu inhibisi retroaktif (interherens) dan inhibisi proaktif ?

1. Inhibisi retroaktif (interferens) 

Inhibisi retroaktif (interferens) merupakan campur tangan atau gangguan. Misalnya kita mengingat materi lama (A) 2 hari yang lalu. Kemudian, pada hari ini kita mempelajari materi baru (B) yang benar-benar butuh pemahaman lebih.
�Materi baru menguasai materi lama�
Dalam hal ini materi yang baru saja kita kuasai (B), cenderung lebih mendominasi dibanding ingatan materi sebelumnya (A). Kita bisa menyimpulkan bahwa inhibisi retroaktif memiliki sifat mengaburkan ingatan materi sebelumnya. 

2. Inhibisi proaktif.

Kebalikan dari retroaktif, inhibisi proaktif mengakibatkan materi sebelumnya (A) mengganggu ingatan materi baru (B). 

Mengapa demikian ?

Karena meskipun telah dipudarkan oleh inhibisi retroaktif, materi sebelumnya (A) masih tetap terbayang dalam ingatan. Selain itu, materi sebelumnya (A) akan lebih cepat kembali sehingga materi baru (B) menjadi terganggu.
�Materi lama mengaburkan materi baru�
2 Kecenderungan sifat inilah yang menyebabkan kita menjadi sering lupa terhadap suatu materi.

Berdasarkan pernyataan tersebut, pernahkah sobat merasakan �materi yang dulu diajarkan tapi sekarang kita tidak ingat sama sekali� ?

Saya rasa mayoritas pelajar di Indonesia mengalami hal yang serupa dengan saya, yah penyakit �SERING LUPA�

Namun, wajarkah itu ?

Wajar saja. Karena tentunya kita sebagai pelajar memiliki kecenderungan untuk menghafal dibanding memahami. Kecenderungan cara belajar inilah yang melemahkan ingatan kita terhadap materi yang sudah lalu. 

Sebenarnya, suatu materi akan jauh lebih mudah diingat apabila cara belajar kita mengacu pada aspek �pemahaman�.

Kalau cara belajar kita juga sudah salah dari awal, maka sudah sewajarnya kita mengalami hal ini. Sebagai penutup, saya akan menyimpulkan bahwa banyak belajar itu baik, namun jika berlebihan tentunya akan menjadi hal yang sebaliknya.

Belajar sedang-sedang saja, jangan spaneng. 

Intinya, kita harus menyayangi otak kita masing-masing agar proses belajar kita menjadi lebih efektif dan efisien.

Namun  semua hal di atas bukan bermaksud untuk menguatkan alasan sobat malas belajar ya, nyatanya belajar itu penting !
Lebih baik belajar terus lupa daripada tidak belajar dan akhirnya tidak tahu apa-apa.
Salam pelajar Indonesia !

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Banyak Belajar Banyak Lupa, Fakta atau Mitos ?"

Post a Comment