Tenaga Pembentuk Muka Bumi : Endogen & Eksogen

Tenaga Endogen dan Eksogen Pembentuk Muka Bumi � Bumi kita tercinta sejatinya tercipta dengan kurun waktu yang sangat lama, yakni sekitar 4, 65 miliar tahun yang lalu. 

Dari awal mula terbentuknya, bumi mengalami berbagai perubahan bentuk. Sama halnya dengan bentuk permukaannya yang dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan.

Tenaga Pembentuk Muka Bumi : Endogen & Eksogen

Bentuk muka bumi sangat bervariasi, ada yang permukaannya tinggi ada juga yang rendah. Nah, tinggi rendahnya permukaan bumi sering kita sebut dengan istilah relief bumi. Adapun nama cabang ilmu yang mempelajari bentuk muka bumi yaitu Ilmu Geomorfologi. 

Dalam proses perkembangannya, bumi dipengaruhi oleh 2 kekuatan besar yang merubah bentuk muka bumi. 2 kekuatan besar itu sering kita sebut dengan tenaga endogen (tenaga dari dalam bumi) dan eksogen(tenaga dari luar bumi). 

Kembali ke topik, Tenaga endogen mencakup aktivitas tektonisme (perkerakan lempeng tektonik) dan aktivitas vulkanisme. Sedangkan tenaga eksogen terdiri atas proses pelapukan, erosi, dan pengendapan (sedimentasi).

Tak lengkap rasanya jika 2 kekuatan tersebut tidak dijabarkan penjelasannya, berikut ulasan lengkapnya :

A. TENAGA ENDOGEN 


Endogen berasal dari kata endos (artinya dalam) dan genos (artinya asal).

Tenaga Endogen adalah tenaga yang memiliki sifat konstruktif (membangun), artinya membangun muka bumi dari bentukan-bentukan yang belum ada menjadi ada. Tenaga endogen dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu : pengaruh aktivitas tektonisme dan vulkanisme. 

Adapun penjelasannya :

#1. Pengaruh Tektonisme

Sobat tahu benua kan ? Nah ternyata benua merupakan bagian yang terlihat di atas permukaan laut dari berbagai lempeng kerak bumi. 

Dalam proses pendinginannya, bagian luar bumi yang berwujud padat pada akhirnya mengeras membentuk lapisan batuan yang dinamakan kerak bumi. Kerak bumi kemudian mengalami retakan-retakan sehingga terpecah satu sama lain.

Lapisan kerak bumi dan lapisan mantel atas yang berwujud padat bersatu membentuk lapisan litosfer (lapisan batuan yang tebalnya bisa sampai 150 km), lapisan tersebut kemudian kita kenal sebagai lempeng tektonik, besar kecilnya bervariasi.

Semua lempeng tektonik mengambang di atas lapisan batuan yang panas, cair, liat di bagian mantel atas (sering disebut dengan lapisan astenosfera). Karena lapisan astenosfera bewujud cair dan panas, maka menimbulkan arus konveksi (memutar) dan menyebabkan lempeng yang mengambang di atasnya ikut bergerak. Gejala pergerakan lempeng litosfer ini yang sering disebut dengan tektonisme atau diastropisme.

Sehubungan dengan itu, Haartman mengemukakan pendapatnya mengenai tektonisme. Menurutnya, tektonisme merupakan dislokasi (perubahan posisi dari batuan) yang terjadi pada batuan di dalam bumi.

Berdasarkan jenis gerakan dan luas wilayah yang mempengaruhinya, tenaga tektonik dibedakan menjadi 2, yaitu gerak orogenesa dan epirogenesa. 

Apa itu gerak orogenesa dan epirogenesa ?

a.) Gerak orogenesa adalah gerakan tenaga endogen yang relatif cepat dan meliputi daerah yang relatif sempit. Gerakan ini menyebabkan terbentuknya pegunungan, misalnya terbentuknya deretan lipatan pegunungan muda Sirkum Pasifik. Selain itu juga, akan menghasilkan patahan dan lipatan.

b.) Gerak epirogenesa adalah gerakan yang sangat lambat, waktu yang lama dan meliputi area yang sangat luas. Contohnya yaitu terjadi di Pantai Timor, Pantai Skandinavia dan Teluk Hudson.
Gerak epirogenesa dibedakan lagi menjadi 2, yaitu :

Epirogenesa positif : gerakan yang ditimbulkan menuju ke dalam bumi atau penurunan. Dapat dikarenakan juga oleh tambahan beban, seperti adanya sedimen yang sangat tebal, sehingga lautan seakan-akan naik. Contoh dari peristiwa ini yaitu di Pantai Stockholm, naik rata-rata 1m/100 tahun.

Epirogenesa negative : gerakan yang ditimbulkan menuju ke luar bumi, biasanya berupa pengangkatan. Penyebabnya yaitu pengurangan beban lapisan kerak bumi, misalkan es mencair sehingga laut seakan-akan turun. 

Lempeng tektonik akan mengikuti kemana gerakan cairan astenosfera bergerak. Hal itu memungkinkan lempengan tektonik tersebut bisa bertemu/bertabrakan satu sama lain (subduksi) dan bisa juga saling berpisah satu sama lain. Selain itu, kemungkinan lainnya adalah bergerak sejajar dengan arah berlawanan.

Lempeng tektonik dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu lempeng benua dan lempeng samudera. Saat terjadi tabrakan antar lempeng (subduksi), bagian yang bisa meleleh adalah lempeng samudera karena kerapatannya yang lebih padat, sedangkan lempeng benua tidak mengalami pelelehan.
Dari penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bersama bahwa :
  • Jika kedua lempeng yang bertemu adalah lempeng benua, maka tidak terbentuk gunung api.
  • Jika kedua lempeng yang bertemu adalah lempeng samudera, maka akan terbentuk gunung api.
  • Jika kedua lempeng yang bertemu adalah salah satu lempeng benua atau samudera, maka akan terbentuk gunung api.
Pertemuan antar lempeng menghasilkan berbagai bentuk muka bumi. Pada keadaan lempeng bertemu, kita akan bisa melihat berbagai kenampakan :
  • Gunung tak berapi yang menjulang tinggi : Punjak Jaya Wijaya, Himalaya, dan lain-lain.
  • Gunung api : Gunung Slamet, G.Merapi, G.Bromo, dan lain-lain.
  • Rangkaian pegunungan : Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediteranian.
  • Rangkaian pulau vulkanik : Filipina.
  • Palung laut : Palung Mariana.
Pada keadaan lempeng berpisah, misalnya di tengah Samudera Pasifik dan Samudera Atlantik, kita akan menemukan rangkaian pegunungan dasar laut, punggung tengah samudera, dan sederet pulau vulkanik.

Jika daerah subduksi merupakan tempat peleburan lempeng tua, di mana tempat di mana lempeng berpisah merupakan tempat terbentuknya lempeng baru.

#2. Pengaruh Vulkanisme

Apa itu vulkanisme ? Vulkanisme merupakan peristiwa yang erat kaitannya dengan aktivitas gunung api. Aktivitas gununga api yang dimaksud ialah pergerakan magma dari dalam litosfer yang menyusup ke lapisan di atasnya hingga sampai ke permukaan bumi.

Magma dengan pergerakannya juga turut membentuk permukaan bumi menjadi bervariasi. Magma juga berperan dalam pembentukan gunung, bukit, igir, lembah, dan sebagainya. Adapun beberapa bentuk gunung api yaitu :
  • Gunung Cone Debu (Cinder Cone)
  • Gunung Perisai (Shield Volcano)
  • Gunung Strato (Strato Volcane)
  • Gunung Kaldera (Caldera Volcano)
  • Gunung Celah (Fissure Volcano)

B. TENAGA EKSOGEN


Endogen berasal dari kata eksos (artinya luar) dan genos (artinya asal).

Jadi, tenaga eksogen adalah tenaga pembentuk muka bumi yang berasal dari luar. Sifat dari tenaga ini yaitu MERUSAK, dengan kata lain mengubah bentuk muka bumi yang telah ada.

#1. Pelapukan

Proses pelapukan dapat mengakibatkan hancurnya batuan sehingga dapat menyebabkan pecahnya batuan dan perubahan susunan kimianya/dekomposisinya. Pelapukan dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

Pelapukan Fisik, menyebabkan pecahnya batuan tanpa merubah susunan kimianya. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan temperature yang tinggi, pengerjaan aliran air, beku celah, dan lain-lain. Pelapukan ini sering terjadi di daerah sub tropis dan sedang, terutama karena perbedaan suhu musim panas (bisa mencapai 40 derajat celcius) dan musim dingin (bisa di bawah 0 derajat celcius).

Pelapukan Kimia, terjadi jika ada mineral di batuan yang larut dalam air sehingga merubah komposisi kimianya. Para ahli memperkirakan asinnya air laut sebagai akibat pencucian garam-garam di batuan yang terlarut oleh air hujan dan terbawa ke laut. Contohnya yaitu pelapukan daerah kapur oleh hujan (pelapukan ini intensif terjadi di daerah bercurah hujan tinggi).

Pelapukan Biologi, pelapukan ini dilakukan oleh makhluk hidup/organisme. Pada dasarnya pelapukan ini merupakan gabungan dari pelapukan fisik dan kimia. Sebagai ilustrasi, pelapukan yang dilakukan oleh akar pohon, gerakan akar yang mampu memecahkan batuan termasuk kategori fisik, namun pada saat bersamaan, akar mengeluarkan enzim untuk melunakkan batuan dan mengambil mineral dari sana, termasuk pelapukan kimia. Pelapukan biologi ini menjadi yang paling intensfi di Indonesia dibanding jenis pelapukan lainnya.

#2. Erosi dan Sedimentasi

Pelapukan akan diteruskan oleh proses pengikisan dan pengendapan kembali. Adapun macam-macam erosi dapat dilihat pada ulasan berikut :

Erosi oleh air permukaan

Erosi ini dapat berupa erosi air percik, erosi lapisan, dan erosi parit. Erosi parit terjadi jika titik air hujan membentur tanah langsung. Ada bagian tanah yang terlempar dan menyisakan lubang-lubang kecil. Erosi lapisan terjadi jika air mulai berkumpul dan mengalir perlahan. Lapisan paling atas sedikit demi sedikit akan terkikis dan hilang, sehingga tanah menjadi tidak subur lagi. Erosi parit terjadi di daerah dengan aliran sungai yang cepat, sehingga membentuk parit-parit.

Adapun faktor yang mempengaruhi erosi air :
  • Volume air, semakin banyak air semakin kuat erosinya.
  • Kemiringan lahan, semakin miring lahan maka proses erosi semakin besar.
  • Keadaan vegetasi (tumbuhan), semakin lebat vegetasinya maka proses erosi semakin lambat.
  • Beberapa hasil erosi karena pengerjaan air yang lain misalnya kipas aluvial (biasanya ada di lembah, di kaki bukit), lembah, tebing curam (canyon), dan jurang.

Erosi oleh sungai

Erosi di sungai dibedakan menjadi 2, yaitu erosi horisontal/lateral (sungai jadi melebar) dan erosi vertikal (sungai jadi lebih dalam). Beberapa hasil pengendapan sungai berupa endapan fluvial (endapan di tubuh sungai atau gosong pasir), tanggul alam, dan dataran banjir/flood plain (material yang diendapkan pada daerah yang terendam ketika banjir dan kering dalam keadaan normal).

Erosi oleh air terjun

Erosi oleh air terjun merupakan erosi vertikal (semakin dalam). Di daerah jatuhnya air dan erosi mundur (tebing jadi roboh) di pangkal asal jatuhnya air.

Erosi di daerah kapur

Erosi air tanah di daerah kapur merupakan kelanjutan dari pelapukan kimia. Hal ini mampu mengakibatkan terjadinya bentang alam berupa dolina, uvala (beberapa dolina jadi satu), stalaktit, stalakmit, pilar (stalatit dan stalakmit bergabung), tirai, gua kapur, sungai bawah tanah.

Erosi oleh gelombang

Gelombang ketika terhempas di pantai mempunyai daya erosi yang cukup besar. Manakala gelombang itu terhempas tebing pantai yang curam, maka lambat laun akan terbentuk relung (cekungan karena abrasi gelombang) dan cliff (tebing curam yang menggantung).

Dalam perkembangannya, relung dapat berubah menjadi gua laut jika semakin dalam. Jika gua laut semakin dalam dan membentuk tembusan lubang, maka bagian atasnya dapat disebut dengan busur/arch.

Contoh hasil erosi oleh gelombang laut misalnya Batu Hiu di Pangandaran. Hasil pengendapannya berupa dataran abrasi, nehrung, dan laguna.

Jika erosi gelombang terus dibiarkan, lama kelamaan pantai yang landai akan menjadi curam. Oleh karena itu, pemerintah membuat zona pemecah gelombang. Pemecah gelombang dapat berupa batu yang dibungkus jalinan kawat, maupun berupa hutan bakau dengan akarnya.

Erosi oleh angin

Erosi yang dilakukan oleh angin dinamakan deflasi. Erosi jenis ini lebih sering terjadi di daerah kering/arid hingga gurun, dimana angin mampu membawa material lepas yang mampu terbawa angin. Hasil erosi oleh angin dapat berupa : butte, mesa atau plateau. Ketiganya memiliki permukaan yang rata. Bedanya kalau butte itu kecil, mesa lebih luas, dan plateau sangat luas.

Jika pada saat angin bertiup dengan membawa butiran pasir dan butiran pasir turut mengerosi lahan, maka proses itu disebut dengan korasi. Hasil dari proses ini berupa batu jamur, misalnya di Gurun Atacama, Chili.

Beberapa hasil sedimentasi aeolis adalah bukit pasir (sand dunes), barchan (gumuk pasir berbentuk bulan sabit/tapal kuda), dan tanah loss (terbentuk dari endapan debu padang pasir yang terbentuk jauh dari padang pasir).

Contoh bukit pasir dan barchan terdapat di Pantai Parangtritis, Yogyakarta. Sedangkan tanah loss di Jerman yang diperkirakan berasal dari Gurun Gobi di Asia dan tanah loss di Amerika Serikat, China-Mongolia. Perlu diketahui bersama, tanah loss ternyata sangatlah subur untuk pertanian jika cukup air.

Erosi oleh Gletser (eksarasi)

Apa itu gletser ? Gletser merupakan masa es yang bergerak secara perlahan. Jika pergerakan es itu terjadi secra cepat, disebut dengan lawina es. Ada 2 jenis gletser, yaitu gletser pegunungan tinggi dan gletser benua/gletser kontinental (misalnya di Islandia dan Greenland).

Hasil erosi glasial berupa terbentuknya lereng-lereng terjal sedangkan hasil pengendapannya beruapa daratan morena yang umumnya berada di kaki gunung , dimana gletser mencair dan meninggalkan material hasil erosi yang dibawanya. 

Umumnya dataran morena bersifat subur untuk pertanian. Dataran morena banyak terdapat di Eropa.

Materi lainnya : Pola Pemukiman Penduduk Zaman Sekarang

Demikianlah artikel mengenai Tenaga Endogen dan Eksogen Pembentuk Muka Bumi, semoga mampu menambah wawasan kita terhadap Ilmu Geografi mengenai pembentuk muka bumi.
Salam Pelajar Indonesia !

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tenaga Pembentuk Muka Bumi : Endogen & Eksogen"

Post a Comment